WILUJENG SUMPING di PMR A_One SMPN 1 ARJAWINANGUN-CIREBON

SEBUAH PERSEMBAHAN DARI ANAK BANGSA UNTUK NEGERI ,PALANG MERAH REMAJA ( PMR ) adalah organisasi yang netral dan independent, yang Melakukan kegiatannya demi kemanusiaan, kesukarelaan, kenetralan, kesamaan, kemandirian, kesatuan, dan kesemestaan

Menu

Selasa, 29 Mei 2012

MATERI LDK 8


TEHNIK BERPIDATO / CERAMAH


A.   SENI BERBICARA
Rhetorika adalah suatu cara tentang bagaimana seni berbicara, jadi titik pangkal retorika adalah bertitik berat pada seni dan kepandaian yang praktis.
Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan berbicara di depan umum adalah semata-mata dari bakat alami,namun adalah kenyataannya bahwa bakat tidak akan berkembang melalui pendidikan dan latihan yang intensip.
Retorika dalam islam sudah disusun kerangka dan syarat-syaratnya, dan bahkan ketentuan-ketentuannya. Cara menyajikan pidtao itu harus diperhatikan, dipelajari dan dilatih. Jadi disinilah peranan seseorang yang ingin sukses dalam pidatonya mutlak harus mendalami teori-teori Rhetorika.

B.  CARA MENERAPKAN RHETORIKA  
Marilah kita masuki point-point dalam menjalankan kepercayaan umum kepada kita untuk berpidato, untuk itu perhatikanlah hal-hal dibawah ini :
1.            Mempersiapkan diri
2.            Penguasan materi dan penghayatannya
3.            Memperhatikan kondisi jamaah
4.            Penguasaan bahasa
5.            Latihan / riyadloh intensif
6.            Konsentrasi / kesiapan mental
7.            Memulai pembicaraan
8.            Sikap, gerak dan mimik
9.            Suara dan pengucapannya
10.        Kontak jiwa
11.        Humor
12.        Cecking kilat

1.   Mempersiapkan Diri
Persiapan diri disini adalah memilih ketetapan materi yang akan disampaikan, menyusun dan membentuk suatu struktur materi pidato dalam satu susunan yang sistematis.
Termasuk dalam persiapan juga  adalah masalah kesehatan, termasuk didalamnya kegembiraan jiwa. Istirahatlah yang cukup, jagalah kesehatan badan  dan ingat jangan berpidato dalam keadaan sakit, perut kenyang, kosong, ngantuk dsb.
Siapakah pula pakaian yang akan kita gunakan untuk tampil, pakaian yang sopan, wajar, pantas, dan bukan yang mahal.  Jangan lupa rasulullah saw, paling senang dengan warna putih dan selalu menjaga kerapihannya.
Jangan coba-coba pidato tanpa persiapan tersebut diatas. Kalau anda tidak punya persiapan, lebih baik anda jangan pidato, diatas mimbar kegagalan sedang menanti anda. Ingat nilai suksesnya pistao seseorang 90% terletak pada persiapan yang matang, ia tampil diatas mimbar seperti hanya setengah berpakaian.

2.   Penguasaan Materi Dan Penghayatannya
Penguasaan materi dalam berpidato mutlak harus dimiliki oleh pembicata, kalau ragu-ragu tinggalkan, beralihlah pada permasalahan yang telah diyakini.
Membicarakan sesuatu  yang masih ragu- ucapan kita tidak akan mentap, kalau hal itu dibiasakan, maka anda akan mendapat titel  “TONG KOSONG NYARING BUNYINYA”
Segala sesuatu yang keluar dari keyakinan, maka akan diterima oleh keyakinan pula. Adapun materi yang akan kita persiapkan dna kita kuasai adalah materi yang telah kita susun secara sistematis. Materi tersebut, sebagai seorang muslim, harus bersumber dari qur’an dna hadist. Selebihnya  bisa didapat dari :
-          Perpustakaan   : meliputi kitab –kitab agama / umum, majalah, buletin dll
-          Pengalaman     : pengalaman pribadi atau orang lain ( dalam menceritakan pengalaman pribadi, jauhkan egoistis keakuan )
-          Masyarakat      : situasi, kondisi dan kenyataannya
-          Dokumentasi   : kliping, rekaman pidato dll
Himpun dan susunlah bahan-bahan tadi menurut letak dan tempatnya yang sesuai, sehingga menjadi satu karangan yang indah dan menarik semua orang. Setelah disusun secara sistematis, barulah dibuat dengan gaya pidato yakni dengan kalimat yang teratur, terang dan mengesankan. Itulah rahasia pidtao yang memikat.
Mengenai penghayatan pidato, seorang orator yang baik, pasti akan mampu menyatukan materi yang telah disusun dengan diri dan penampilannya sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan demikian, maka apa yang anda sampaikan akan merupakan satu penjelmaan dari keyakinan si pembicara.

3.   Memperhatikan Kondisi Jamaah
Seseorang yang akan tampil keatas mimbar harus tahu keadaan / kondisi jamaahnya. Hal-hal yang harus diketahui :
a.       Latar belakang pendidikannya
b.      Adat istiadat setempat
c.       Perekonomiannya
d.      Lingkungan sekitarnya
Ketahuilah berbicara dimasyarakat awwam dengan mempergunakan bahasa yang ilmiah sama  dengan menuang air tong kedalam cangkir. Sebaliknya, kalau berbicara dihadapan para intelektualis kita bicarakan soal –soal yang rendah, maka kita akan tidak menarik perhatian mereka.

4.   Penguasaan Bahasa
Bagi seorang Rhetorik, bahasa merupakan sarana pokok baginya untuk menjabarkan, melahirkan, menggambarkan apa yang dimaksud. Seorang pembicara dinilai berhasil apabila ia bisa membuat manusia lain mengerti apa yang dikemukakannya.
Dalam mengemukakan bahasa, haruslah kita yakini benar akan kebenaran dan ketepatan bahasa yang kita gunakan. Bila ia salah, maka tunggulah kekecewaan masyarakat.
Perhatikan bahasa yang digunakan oleh ornag-orang pintar, sebab ini akan menambah pembendaharaan kata dan bahasa yang kita punyai. Carilah dan perbanyaklah sinonim kata didalam kamus. Jangan berkata porno, kotor, gunakan  bahasa yang sopan, jelas, tepat dan indah. Jangan mencela / mencemooh seseorang atau golongan.
Kalau anda menggunakan teks, baca dulu berulang-ulang dan jangan terlalu terpaku pada teks.

5.   Latihan / Riyadloh
Semua perkara yang tanpa dibiasakan adalah merupakna suatu hal yang snagat sulit. Begitu pula kalau kita berbicara akan terasa susah dan berat bila tidka dilatih dan dibiasakan. Kaca dan tape recorder dapat menolong anda dalam berlatih, baik latihan  mimik, sikap, aksentuasi, materi dan bunga rampai, sehingga kita akan tahu dengan segera kekurangan – kekurangan yang kita sandang dan sekaligus bisa langsung kita perbaiki.
Tampil tanpa persiapan adalah sangat salah ………!!
Berlatihlah secara intensif, ucapan harus fasih.
Apabila mendapat materi baru, maka cobalah untuk langsung dipraktikan, ulangi beberapa kali sampai merasa bahwa materi tadi sudha tersimpan rapi didalam fikiran kita. Yang paling penting lagi adalah pengucapan bahasa arab harus diusahakan sefasih –fasihnya. Biasakanlah ….!

6.   Konsentrasi
Seorang juru pidato disamping harus punya kesiapan jasmani, juga harus memiliki kesiapan mental, karena pada saat ia sedang berdiri diatas mimbar segenap jiwa dan raga haruslah dicurahkan pada penghayatan apa  yang dipidatokan kalimat demi kalimat, bahkan kata demi kata.
Seornag agitator kerapkali gagal berbicara dihadapan jamaahnya hanya lantaran tegang, mungkin karena persoalan dengan isterinya. Kawannya ataupun karena masalah –masalah kecil yang terlalu ia besar –besarkan dan itu sangat berpengaruh negatif pada saat berpidato , atau beberapa saat sebelum naik ada sesuatu yang menjengkelkan. Nah obat untuk meredakan ketegangan dan kejengkelan adalah konsentrasi dan keikhlasan.
Kalau itu belum juga berhasil, maka pejamkanlah mata anda sambil berdo’a memohon kepada Allah SWT seperti yang anda sambil berdo’a, memohon kepada Allah seperti yang dilakukan oleh nabi musa, as. :” Robbisrohli sodri wayasirli amri wahlul ukdatammillisani yapkohu kouli”

7.   Memulai Pembicaraan
Seorang juru pidato barulah bisa dikatakan berhasil apabila mampu memasukan isi pidatonya menjadi milik pendengar.
Sekarang kita mulai peran kita sebagai juru pidato :
-          Majulah keatas dengan penuh keyakinan dan wibawa yang anda miliki
-          Setelah naik, sapu pandangan anda keseluruh jamaah, tempatkan dan periksa pengeras suara, jangan ditiup
-          Mulailah dengan salam, tenang, jangan tergesa-gesa ( gunakan salam khas anda )
-          Tanamkan perasaan cinta, kawinkan hati anda dengan hati pendengar
-          Hargailah kesempatan emas anda
Dr. Abd.Aziz, juru pidato kedutaan berkata : “ Pidatomu baru akan kawin dengan pendengar, bila keluar dari hatimu”,

8.   Sikap, Gerak Dan Mimik
Anda sekarang telah diatas podium, berdirilah dengan mantap, tegap, dan seakan – akan mampu dijadikan tempat bergantung yang tidak tergoyahkan. Hal ini menunjukan bahwa seorang muslim harus tegak dalam pendirian, punya keteguhan jiwa, mantap, berwibawa, tapi tidak mengesankan kesombongan.
Nabi kita sendiri kalau berpidato selalu bersikap gagah, berwibawa dan tangkas, beliau berdiri diatas mimbar bagaikan seorang panglima perang, sinar matanya menelusuri hati para sahabat, sehingga kalau beliau bicara tegas, para sahabat semua terdiam, sebaliknya kalau beliau bercerita tentang kesedihan dan penderitaan semuanya ikut menangis, itulah pidatonya nabi besar kita muhammad SAW.
Kalau pendengar sedang menatap muka anda, janganlah anda memalingkan wajah anda karena kalah wibawa. Pancarkan wajah anda dengan penuh kesungguhan. Jangan memandang kesatu arah saja, bertindaklah seolah-olah semua ornag mendapat perhatian dari anda.
Bila berbicara dengan semangat, maka perlihatkan muka yang dihiasi dengan keyakinan, namun apabila berbicara tentang kesedihan dan penderitaan, tundukkan wajah sedikit, mata dikecilkan ( meredup dalam kesayuan )
Kalau anda hendak menghimbau, pergunakanlah kata-kata bersayap atau berhikmah, ucapkan dengan wajah yang tenang, lemparkan senyum kecil pada jama’ah. Kalau anda hendak bercerita mengenai kesulitan, sampaikanlah dengan kening berkerut , sebaliknya kalau yang anda sampaikan adalah tentang kesenangan, permanislah wjaha anda, sedangkan masalah yang menjjikan, , kalau hendak kita utarakan, maka angkatlah bahu anda sedikit, mata dipicingkan dan kening dikerutkan sedikit saja.
Gerak daN mimik muka hendaknya jangan terlalu berlebihan, berbuatlah sewajarnya dan sesederhana mungkin, apalagi forum khutbah, jangan sekali-kali anda memakainya.

9.   Suara Dan Pengucapannya
Pembicara adalah bukan guru yang sedang mengajar di kelasnya. Karena itu kita harus mampu berbicara lantang. Untuk memperoleh tekanan-tekanan yang tepat pada tiap kalimat dan kata, kita harus sering membaca teks dengan suara dan dengan memperhatikan tanda baca pada teks tersebut.
Janganlah anda berpidato dengan suara dan nada yang datar selalu, tapi pariasikanlah suara dan tekanannya agar tidak membosankan pendengar. Seorang orator yang baik akan tahu pada bagian mana ia harus bersuara tinggi, rendah lembut dan terkadang bertempo cepat. Namun ingat gelombangnya harus diperhatikan baik-baik.
Awas ! jangan meninggikan suara dan merendahkannya secara mendadak. Kalau ini anda lakukan, maka pendengar akan segera mengerti bahwa anda bukanlah penceramah yang baik melainkan tukang sandiwara

10. Kontak Jiwa
Kontak spirit atau hubungan jiwa adalah satu hal yang harus mampu dijalankan dan dijalinkan antara kita sebagai pembiacra dan jamaah sebagai audience. Kontak jiwa ini berfungsi sebagai pengikat jalinan yang menyatukan batin dna menimbulkan keasyikan para pendengarnya.
Kalau ornag sudah tidak antusias kepada siapa saja selama mata mereka masih stabil melihat kearah kita, kalau matanya telah berpaling, maka lebih baik anda cukupkan pidato anda sampai disitu.
Untuk mendapatkan kontak jiwa perhatikanlah ini :
a.       Dapat menyalami jiwa jama’ah hidangkan pada setiap pembicaraan, soal yang masih hangat dan dirasa masih sering ditulis koran dan majalah
b.      Pembicara harus jujur dengan cita-cita dna keyakinan yang dianutnya. Kalau sipembicara punya konsep ia pun harus yakin dengan kebenaran konsepnya, hingga pendengar merasa sedang diarahkan kejalan yang memang benar-benar baik.
c.       Apa yang dipidatokannya telah dipahami benar dan ia yakin keterangan demi keterangannya benar, karenanya ia akan mampu berbicara keluar dari lubuk hatinya.
d.      Mengetahui ilmu jiwa massa ( umpama dalam khutbah )

Dalam masa psikologi ( ilmu jiwa massa ) dikatakan massa itu punya beberapa ciri antara lain :
1.      Massa mudah percaya, apalagi dengan kata-kata yang memuaskan hati
2.      Massa gemar pada hal yang serba pasti
3.      Massa yang banyak biasanya kurang keinginannya untuk berfikir, jadi sampaikan point-pointnya saja
4.      Massa senang pada hal yang menakjubkanm hebat dll
5.      Massa mudah tersinggung
6.      Masa bersifat panatik dan karena jumlahnya. Maka mereka lebih pemberani
7.      Masa tidak sabar, ingin cepat selesai, cepat dapat tahu kesimpulan pembicaraan kita dan ingin cepat mempraktekkan

11. Humor dan Lelucon
Pada saat-saat tertentu dalam pidato, sebagai selingan memang perlu mengemukakan kata-kata yang menggelitik hati. Itu tidak berarti kita melawak, namun dalam humor ini sang pembicara harus sopan, jangan sampai image pendengar kepada sesuatu yang tidak patut, apalagi sampai berbau pornograpi itu akan meninggalkan kesan buruk bagi pendengar, jangan pula melontarkan humor-humor yang dipaksakan. Nanti malah berkaibat “tidak lucu”, kasihan .
Apabila pembicara telah berhasil membuat para hadirin tersenyum, maka itu berarti:
Ø   Anda berarti telah berhasil meringankan ketegangan pendengar, sehingga mereka siap dengan keseriusan baru
Ø   Anda berhasil merebut keasyikan para pendengar
Ø   Anda memperoleh mahkota perhatian yang manis dari pendengar

tetapi harus dicatat pula bahwa “ berpidato lebih banyak humor daripada isinya bukanlah suatu penampilann yang berhasil” mendengar pulang tak membawa hasil, hikmah tidak didapat yang ada Cuma banjir humor saja. Memang melalui lelucon suasanan mencekam tegang bisa berubah menjadi santai, maka dengan demikian keasyikan para pendengar dapat bertahan lama.
Awas , perhatikan “peranan humor hanya dalam pidato-pidato saja, jangan coba-coba anda lakukan pada khutbah jum’at atau sejenisnya.

11. Mengadakan Checking
Agar pidato anda sukses, maka adakanlah pengecekan seperlunya, agar segalanya jelas dan matang untuk disajikan kepada para pendengar.
1.      sudahkah tersusun rapi materi pidtao kita
2.      siapkah jasmani kita (sehatkah badan kita )
3.      sudahkah materi tersebut kita kuasai
4.      sudah siapkah anda pergi dengan pakaian yang baik

Sekarang anda akan berangkat, ceklah hal-hal dibawah ini :
1.      mental dan konsentrasi apa sudah penuh ?
2.      kalau anda berkaca mata, sudahkah anda pakai ?
3.      kalau anda membawa sapu tangan, bubuhi sedikit dengan minyak wangi, itu akan membantu sekali ketika anda penat dan berkeringat.
4.      catatan kecil jangan sampai tertinggal !

Sekarang anda sudah sampai dilapangan, perhatikan ! :
1.      bagaimana suasana dilapangan
2.      apakah suasana itu tidak  memerlukan perubahan pidato anda, kalau pelru carilah selahnya
3.      pelajari mana jalan yang tersopan dan terbaik menuju mimbar
4.      5 menit lagi giliran anda naik, konsentrasilah jangan lupa berdo’a
5.      kemudian setelah anda dipanggil oleh MC, yakinkan lagi bahwa semua yang akan saya bicarakan nanti adalah ilmu Allah, jadi ingatlah keikhlasan adalah diatas segala-galanya

Ingatlah kunci sukses berpidato :
1.      kekuatan logika
2.      kemauan merangkai kata dan kalimat indah
3.      persiapan materi yang cukup
4.      kontak batin dengan pendengar
5.      dalam kondisi puncak lahir bathin
6.      akhlaq dan ketauladanan
7.      ikhlas
8.      jangan lupa latihan yang seksama

Kalau anda sudah melakukan hal-hal diatas, maka komposisi nada dan irama pembicaraan akan mengasyikan, rasanya waktu akan berlalu dengan singkat sedang anda telah berlama-lama diatas mimbar
ingat pulalah bahwa seorang juru da’wah harus terus memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan, bahasa dll. Bukanlah orang miskin tidka bisa memberikan apa-apa pada orang lain. Demikian pula para da;’I dan mubaligh bagaimana bisa ia memberikan ilmu padahal ia sendiri bodoh.

12. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Seorang orator ternama, Bu’syur bin Al-Mu’tawa berkata : “ seseorang baru sukses berpidato kalau ia memenuhi hal-hal dibawah ini :
1.      badan terasa sehat
2.      pikiran tidak  kacau
3.      hati yang lapang

Seorang da’i harus punya jiwa positif, sebab dengan demikian anda bisa melaksanakan sugesti dan sekaligus mampu merangsang pengaruh kepada jama’ah. Dalam retorika berjiwa positif adalah berjiwa besar, untuk memiliki jiwa positif, maka perhatikan hal-hal ini :
1.      menyesuaikan pembicaraan  dengan keadaan
2.      mampu mengemukakan pendapat dna sekaligus mempertahankannya
3.      memperluas pergaulan
4.      meningkatkan kewibawaan, baik dengan cara menunjukan sifat terpuji maupun dengan seringnya kita sholat malam
5.      meningkatkan kemampuan diri ( ilmu, pengaruh )  agar mempertebal keyakinan atas kemampuan yang anda miliki
6.      Biasakan berpidato sendiri (jangan lupa kaca / Cermin adalah teman setia dalam latihan)

Perkembangan zaman harus diikuti terus, baik melalui TV, Koran, majalah, Radio, kalau tidak, kita akan tertinggal oleh kemajuan zaman. Hal ini sangat membantu untuk meningkatkan wawasan dan kwalitas pidato kita. Seorang orator harus bisa menjadi air yang tidak kering untuk memberi hal yang paling aktual dan berbobot karena kebanyakan Mustami (pendengar) biasanya lebih suka mendengar hal-hal aktual dari pada materi. Jangan takut pada Kegagalan, Jadikan itu sebagai cambuk bagi kita….

 13.   Menjadi Suri Tauladan Manusia

Sungguh pembicaraan seseorang itu mempesona, dalil-dalil yang keluar dari mulutnya banyak dan Fasih, namun kalau tampil tersebut adalah da’i yang sombong , tidak dipercaya, rusak moralnya, maka hasil pembicaraannya akan sirna tidak membekas.
Dalam menyampaikan da’wah/ pidato  jangan anda menjadi pengajur kalau anda juga menjadi pelanggar yang terdepan, biasanya itu akan menjadi cemoohan jamaah, umpamanya memerintahkan shalat berjamaah tapi anda tidak shalat berjamaah.
Singkatnya, kalau kita ingin menjadi penceramah yang sukses dan dcintai jama’ahnya maka ahhklaq terpuji wajib kita miliki. Budi luhur, senyum yang ikhlas, wajah dan tutur kata, yang manis harus kita sandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar