TEHNIK
BERPIDATO / CERAMAH
A. SENI
BERBICARA
Rhetorika
adalah suatu cara tentang bagaimana seni berbicara,
jadi titik pangkal retorika adalah bertitik berat pada seni dan kepandaian yang
praktis.
Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan berbicara di
depan umum adalah semata-mata dari bakat alami,namun adalah kenyataannya bahwa
bakat tidak akan berkembang melalui pendidikan dan latihan yang intensip.
Retorika dalam islam sudah disusun kerangka dan
syarat-syaratnya, dan bahkan ketentuan-ketentuannya. Cara menyajikan pidtao itu
harus diperhatikan, dipelajari dan dilatih. Jadi disinilah peranan seseorang yang
ingin sukses dalam pidatonya mutlak harus mendalami teori-teori Rhetorika.
B. CARA MENERAPKAN
RHETORIKA
Marilah kita masuki point-point dalam menjalankan
kepercayaan umum kepada kita untuk berpidato, untuk itu perhatikanlah hal-hal
dibawah ini :
1.
Mempersiapkan diri
2.
Penguasan materi dan
penghayatannya
3.
Memperhatikan kondisi jamaah
4.
Penguasaan bahasa
5.
Latihan / riyadloh intensif
6.
Konsentrasi / kesiapan mental
7.
Memulai pembicaraan
8.
Sikap, gerak dan mimik
9.
Suara dan pengucapannya
10.
Kontak jiwa
11.
Humor
12.
Cecking kilat
1. Mempersiapkan Diri
Persiapan diri disini adalah memilih ketetapan materi
yang akan disampaikan, menyusun dan membentuk suatu struktur materi pidato dalam
satu susunan yang sistematis.
Termasuk dalam persiapan juga adalah masalah kesehatan, termasuk didalamnya
kegembiraan jiwa. Istirahatlah yang cukup, jagalah kesehatan badan dan ingat jangan berpidato dalam keadaan
sakit, perut kenyang, kosong, ngantuk dsb.
Siapakah pula pakaian yang akan kita gunakan untuk
tampil, pakaian yang sopan, wajar, pantas, dan bukan yang mahal. Jangan lupa rasulullah saw, paling senang
dengan warna putih dan selalu menjaga kerapihannya.
Jangan coba-coba pidato tanpa persiapan tersebut
diatas. Kalau anda tidak punya persiapan, lebih baik anda jangan pidato, diatas
mimbar kegagalan sedang menanti anda. Ingat nilai suksesnya pistao seseorang 90%
terletak pada persiapan yang matang, ia tampil diatas mimbar seperti hanya
setengah berpakaian.
2. Penguasaan Materi Dan Penghayatannya
Penguasaan materi dalam berpidato mutlak harus dimiliki
oleh pembicata, kalau ragu-ragu tinggalkan, beralihlah pada permasalahan yang telah
diyakini.
Membicarakan sesuatu yang masih ragu- ucapan kita tidak akan
mentap, kalau hal itu dibiasakan, maka anda akan mendapat titel “TONG KOSONG NYARING BUNYINYA”
Segala sesuatu yang keluar dari keyakinan, maka akan
diterima oleh keyakinan pula. Adapun materi yang akan kita persiapkan dna kita
kuasai adalah materi yang telah kita susun secara sistematis. Materi tersebut, sebagai
seorang muslim, harus bersumber dari qur’an dna hadist. Selebihnya bisa didapat dari :
-
Perpustakaan : meliputi kitab –kitab agama / umum, majalah,
buletin dll
-
Pengalaman : pengalaman pribadi atau orang lain ( dalam
menceritakan pengalaman pribadi, jauhkan egoistis keakuan )
-
Masyarakat : situasi, kondisi dan kenyataannya
-
Dokumentasi : kliping, rekaman pidato dll
Himpun dan susunlah bahan-bahan tadi menurut letak dan
tempatnya yang sesuai, sehingga menjadi satu karangan yang indah dan menarik semua
orang. Setelah disusun secara sistematis, barulah dibuat dengan gaya pidato yakni dengan
kalimat yang teratur, terang dan mengesankan. Itulah rahasia pidtao yang
memikat.
Mengenai penghayatan pidato, seorang orator yang baik,
pasti akan mampu menyatukan materi yang telah disusun dengan diri dan
penampilannya sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan
demikian, maka apa yang anda sampaikan akan merupakan satu penjelmaan dari keyakinan
si pembicara.
3. Memperhatikan Kondisi Jamaah
Seseorang yang akan tampil keatas mimbar harus tahu
keadaan / kondisi jamaahnya. Hal-hal yang harus diketahui :
a.
Latar belakang pendidikannya
b.
Adat istiadat setempat
c.
Perekonomiannya
d.
Lingkungan sekitarnya
Ketahuilah berbicara dimasyarakat awwam dengan
mempergunakan bahasa yang ilmiah sama dengan menuang air tong kedalam cangkir.
Sebaliknya, kalau berbicara dihadapan para intelektualis kita bicarakan soal –soal
yang rendah, maka kita akan tidak menarik perhatian mereka.
4. Penguasaan Bahasa
Bagi seorang Rhetorik, bahasa merupakan sarana pokok
baginya untuk menjabarkan, melahirkan, menggambarkan apa yang dimaksud. Seorang
pembicara dinilai berhasil apabila ia bisa membuat manusia lain mengerti apa
yang dikemukakannya.
Dalam mengemukakan bahasa, haruslah kita yakini benar
akan kebenaran dan ketepatan bahasa yang kita gunakan. Bila ia salah, maka
tunggulah kekecewaan masyarakat.
Perhatikan bahasa yang digunakan oleh ornag-orang
pintar, sebab ini akan menambah pembendaharaan kata dan bahasa yang kita
punyai. Carilah dan perbanyaklah sinonim kata didalam kamus. Jangan berkata
porno, kotor, gunakan bahasa yang sopan,
jelas, tepat dan indah. Jangan mencela / mencemooh seseorang atau golongan.
Kalau anda menggunakan teks, baca dulu berulang-ulang dan
jangan terlalu terpaku pada teks.
5. Latihan / Riyadloh
Semua perkara yang tanpa dibiasakan adalah merupakna
suatu hal yang snagat sulit. Begitu pula kalau kita berbicara akan terasa susah
dan berat bila tidka dilatih dan dibiasakan. Kaca dan tape recorder dapat
menolong anda dalam berlatih, baik latihan mimik, sikap, aksentuasi, materi dan bunga
rampai, sehingga kita akan tahu dengan segera kekurangan – kekurangan yang kita
sandang dan sekaligus bisa langsung kita perbaiki.
Tampil tanpa persiapan adalah sangat salah ………!!
Berlatihlah secara intensif, ucapan harus fasih.
Apabila mendapat materi baru, maka cobalah untuk
langsung dipraktikan, ulangi beberapa kali sampai merasa bahwa materi tadi sudha
tersimpan rapi didalam fikiran kita. Yang paling penting lagi adalah pengucapan
bahasa arab harus diusahakan sefasih –fasihnya. Biasakanlah ….!
6. Konsentrasi
Seorang juru pidato disamping harus punya kesiapan
jasmani, juga harus memiliki kesiapan mental, karena pada saat ia sedang
berdiri diatas mimbar segenap jiwa dan raga haruslah dicurahkan pada
penghayatan apa yang dipidatokan kalimat
demi kalimat, bahkan kata demi kata.
Seornag agitator kerapkali gagal berbicara dihadapan
jamaahnya hanya lantaran tegang, mungkin karena persoalan dengan isterinya. Kawannya
ataupun karena masalah –masalah kecil yang terlalu ia besar –besarkan dan itu
sangat berpengaruh negatif pada saat berpidato , atau beberapa saat sebelum
naik ada sesuatu yang menjengkelkan. Nah obat untuk meredakan ketegangan dan
kejengkelan adalah konsentrasi dan keikhlasan.
Kalau itu belum juga berhasil, maka pejamkanlah mata
anda sambil berdo’a memohon kepada Allah SWT seperti yang anda sambil berdo’a,
memohon kepada Allah seperti yang dilakukan oleh nabi musa, as. :” Robbisrohli
sodri wayasirli amri wahlul ukdatammillisani yapkohu kouli”
7. Memulai Pembicaraan
Seorang juru pidato barulah bisa dikatakan berhasil
apabila mampu memasukan isi pidatonya menjadi milik pendengar.
Sekarang kita mulai peran kita sebagai juru pidato :
-
Majulah keatas dengan penuh
keyakinan dan wibawa yang anda miliki
-
Setelah naik, sapu pandangan
anda keseluruh jamaah, tempatkan dan periksa pengeras suara, jangan ditiup
-
Mulailah dengan salam, tenang,
jangan tergesa-gesa ( gunakan salam khas anda )
-
Tanamkan perasaan cinta,
kawinkan hati anda dengan hati pendengar
-
Hargailah kesempatan emas anda
Dr. Abd.Aziz, juru pidato kedutaan berkata : “
Pidatomu baru akan kawin dengan pendengar, bila keluar dari hatimu”,
8. Sikap, Gerak Dan Mimik
Anda sekarang telah diatas podium, berdirilah dengan
mantap, tegap, dan seakan – akan mampu dijadikan tempat bergantung yang tidak
tergoyahkan. Hal ini menunjukan bahwa seorang muslim harus tegak dalam pendirian,
punya keteguhan jiwa, mantap, berwibawa, tapi tidak mengesankan kesombongan.
Nabi kita sendiri kalau berpidato selalu bersikap gagah,
berwibawa dan tangkas, beliau berdiri diatas mimbar bagaikan seorang panglima
perang, sinar matanya menelusuri hati para sahabat, sehingga kalau beliau
bicara tegas, para sahabat semua terdiam, sebaliknya kalau beliau bercerita tentang
kesedihan dan penderitaan semuanya ikut menangis, itulah pidatonya nabi besar kita
muhammad SAW.
Kalau pendengar sedang menatap muka anda, janganlah anda
memalingkan wajah anda karena kalah wibawa. Pancarkan wajah anda dengan penuh
kesungguhan. Jangan memandang kesatu arah saja, bertindaklah seolah-olah semua
ornag mendapat perhatian dari anda.
Bila berbicara dengan semangat, maka perlihatkan muka
yang dihiasi dengan keyakinan, namun apabila berbicara tentang kesedihan dan
penderitaan, tundukkan wajah sedikit, mata dikecilkan ( meredup dalam kesayuan
)
Kalau anda hendak menghimbau, pergunakanlah kata-kata bersayap
atau berhikmah, ucapkan dengan wajah yang tenang, lemparkan senyum kecil pada
jama’ah. Kalau anda hendak bercerita mengenai kesulitan, sampaikanlah dengan
kening berkerut , sebaliknya kalau yang anda sampaikan adalah tentang
kesenangan, permanislah wjaha anda, sedangkan masalah yang menjjikan, , kalau
hendak kita utarakan, maka angkatlah bahu anda sedikit, mata dipicingkan dan
kening dikerutkan sedikit saja.
Gerak daN mimik muka hendaknya jangan terlalu
berlebihan, berbuatlah sewajarnya dan sesederhana mungkin, apalagi forum khutbah,
jangan sekali-kali anda memakainya.
9. Suara Dan Pengucapannya
Pembicara adalah bukan guru yang sedang mengajar di
kelasnya. Karena itu kita harus mampu berbicara lantang. Untuk memperoleh
tekanan-tekanan yang tepat pada tiap kalimat dan kata, kita harus sering
membaca teks dengan suara dan dengan memperhatikan tanda baca pada teks
tersebut.
Janganlah anda berpidato dengan suara dan nada yang
datar selalu, tapi pariasikanlah suara dan tekanannya agar tidak membosankan
pendengar. Seorang orator yang baik akan tahu pada bagian mana ia harus
bersuara tinggi, rendah lembut dan terkadang bertempo cepat. Namun ingat gelombangnya
harus diperhatikan baik-baik.
Awas ! jangan meninggikan suara dan merendahkannya
secara mendadak. Kalau ini anda lakukan, maka pendengar akan segera mengerti
bahwa anda bukanlah penceramah yang baik melainkan tukang sandiwara
10. Kontak Jiwa
Kontak spirit atau hubungan jiwa adalah satu hal yang
harus mampu dijalankan dan dijalinkan antara kita sebagai pembiacra dan jamaah sebagai
audience. Kontak jiwa ini berfungsi sebagai pengikat jalinan yang menyatukan batin
dna menimbulkan keasyikan para pendengarnya.
Kalau ornag sudah tidak antusias kepada siapa saja selama
mata mereka masih stabil melihat kearah kita, kalau matanya telah berpaling,
maka lebih baik anda cukupkan pidato anda sampai disitu.
Untuk mendapatkan kontak jiwa perhatikanlah ini :
a.
Dapat menyalami jiwa jama’ah
hidangkan pada setiap pembicaraan, soal yang masih hangat dan dirasa masih
sering ditulis koran dan majalah
b.
Pembicara harus jujur dengan
cita-cita dna keyakinan yang dianutnya. Kalau sipembicara punya konsep ia pun
harus yakin dengan kebenaran konsepnya, hingga pendengar merasa sedang
diarahkan kejalan yang memang benar-benar baik.
c.
Apa yang dipidatokannya telah
dipahami benar dan ia yakin keterangan demi keterangannya benar, karenanya ia
akan mampu berbicara keluar dari lubuk hatinya.
d.
Mengetahui ilmu jiwa massa ( umpama dalam
khutbah )
Dalam masa psikologi ( ilmu jiwa massa
) dikatakan massa
itu punya beberapa ciri antara lain :
1.
Massa mudah
percaya, apalagi dengan kata-kata yang memuaskan hati
2.
Massa gemar pada
hal yang serba pasti
3.
Massa yang banyak
biasanya kurang keinginannya untuk berfikir, jadi sampaikan point-pointnya saja
4.
Massa senang pada
hal yang menakjubkanm hebat dll
5.
Massa mudah
tersinggung
6.
Masa bersifat panatik dan
karena jumlahnya. Maka mereka lebih pemberani
7.
Masa tidak sabar, ingin cepat
selesai, cepat dapat tahu kesimpulan pembicaraan kita dan ingin cepat
mempraktekkan
11. Humor dan Lelucon
Pada saat-saat tertentu dalam pidato, sebagai selingan
memang perlu mengemukakan kata-kata yang menggelitik hati. Itu tidak berarti
kita melawak, namun dalam humor ini sang pembicara harus sopan, jangan sampai
image pendengar kepada sesuatu yang tidak patut, apalagi sampai berbau
pornograpi itu akan meninggalkan kesan buruk bagi pendengar, jangan pula
melontarkan humor-humor yang dipaksakan. Nanti malah berkaibat “tidak lucu”,
kasihan .
Apabila pembicara telah berhasil membuat para hadirin
tersenyum, maka itu berarti:
Ø Anda berarti telah berhasil meringankan ketegangan pendengar,
sehingga mereka siap dengan keseriusan baru
Ø Anda berhasil merebut keasyikan para pendengar
Ø Anda memperoleh mahkota perhatian yang manis dari pendengar
tetapi harus dicatat pula bahwa “ berpidato lebih banyak humor
daripada isinya bukanlah suatu penampilann yang berhasil” mendengar pulang tak membawa
hasil, hikmah tidak didapat yang ada Cuma banjir humor saja. Memang melalui
lelucon suasanan mencekam tegang bisa berubah menjadi santai, maka dengan
demikian keasyikan para pendengar dapat bertahan lama.
Awas ,
perhatikan “peranan humor hanya dalam pidato-pidato saja, jangan coba-coba anda
lakukan pada khutbah jum’at atau sejenisnya.
11. Mengadakan Checking
Agar pidato anda
sukses, maka adakanlah pengecekan seperlunya, agar segalanya jelas dan matang
untuk disajikan kepada para pendengar.
1.
sudahkah tersusun rapi materi
pidtao kita
2.
siapkah jasmani kita (sehatkah
badan kita )
3.
sudahkah materi tersebut kita
kuasai
4.
sudah siapkah anda pergi dengan
pakaian yang baik
Sekarang anda akan berangkat, ceklah hal-hal dibawah
ini :
1.
mental dan konsentrasi apa
sudah penuh ?
2.
kalau anda berkaca mata,
sudahkah anda pakai ?
3.
kalau anda membawa sapu tangan,
bubuhi sedikit dengan minyak wangi, itu akan membantu sekali ketika anda penat
dan berkeringat.
4.
catatan kecil jangan sampai
tertinggal !
Sekarang anda sudah sampai dilapangan, perhatikan ! :
1.
bagaimana suasana dilapangan
2.
apakah suasana itu tidak memerlukan perubahan pidato anda, kalau pelru
carilah selahnya
3.
pelajari mana jalan yang
tersopan dan terbaik menuju mimbar
4.
5 menit lagi giliran anda naik,
konsentrasilah jangan lupa berdo’a
5.
kemudian setelah anda dipanggil
oleh MC, yakinkan lagi bahwa semua yang akan saya bicarakan nanti adalah ilmu
Allah, jadi ingatlah keikhlasan adalah diatas segala-galanya
Ingatlah kunci sukses berpidato :
1.
kekuatan logika
2.
kemauan merangkai kata dan
kalimat indah
3.
persiapan materi yang cukup
4.
kontak batin dengan pendengar
5.
dalam kondisi puncak lahir
bathin
6.
akhlaq dan ketauladanan
7.
ikhlas
8.
jangan lupa latihan yang
seksama
Kalau anda sudah melakukan hal-hal diatas, maka komposisi nada dan
irama pembicaraan akan mengasyikan, rasanya waktu akan berlalu dengan singkat sedang
anda telah berlama-lama diatas mimbar
ingat pulalah
bahwa seorang juru da’wah harus terus memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan,
bahasa dll. Bukanlah orang miskin tidka bisa memberikan apa-apa pada orang
lain. Demikian pula para da;’I dan mubaligh bagaimana bisa ia memberikan ilmu
padahal ia sendiri bodoh.
12. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Seorang orator ternama, Bu’syur bin Al-Mu’tawa berkata : “ seseorang
baru sukses berpidato kalau ia memenuhi hal-hal dibawah ini :
1.
badan terasa sehat
2.
pikiran tidak kacau
3.
hati yang lapang
Seorang da’i harus punya jiwa positif, sebab dengan demikian anda
bisa melaksanakan sugesti dan sekaligus mampu merangsang pengaruh kepada jama’ah.
Dalam retorika berjiwa positif adalah berjiwa besar, untuk memiliki jiwa
positif, maka perhatikan hal-hal ini :
1.
menyesuaikan pembicaraan dengan keadaan
2.
mampu mengemukakan pendapat dna
sekaligus mempertahankannya
3.
memperluas pergaulan
4.
meningkatkan kewibawaan, baik
dengan cara menunjukan sifat terpuji maupun dengan seringnya kita sholat malam
5.
meningkatkan kemampuan diri (
ilmu, pengaruh ) agar mempertebal keyakinan
atas kemampuan yang anda miliki
6. Biasakan berpidato sendiri (jangan
lupa kaca / Cermin adalah teman setia dalam latihan)
Perkembangan zaman harus
diikuti terus, baik melalui TV, Koran, majalah, Radio, kalau tidak, kita akan
tertinggal oleh kemajuan zaman. Hal ini sangat membantu untuk meningkatkan
wawasan dan kwalitas pidato kita. Seorang orator harus bisa menjadi air yang
tidak kering untuk memberi hal yang paling aktual dan berbobot karena kebanyakan
Mustami (pendengar) biasanya lebih suka mendengar hal-hal aktual dari pada
materi. Jangan takut pada Kegagalan,
Jadikan itu sebagai cambuk bagi kita….
13. Menjadi Suri Tauladan Manusia
Sungguh pembicaraan seseorang itu mempesona, dalil-dalil yang keluar
dari mulutnya banyak dan Fasih, namun kalau tampil tersebut adalah da’i yang
sombong , tidak dipercaya, rusak moralnya, maka hasil pembicaraannya akan sirna
tidak membekas.
Dalam menyampaikan da’wah/ pidato
jangan anda menjadi pengajur kalau anda juga menjadi pelanggar yang
terdepan, biasanya itu akan menjadi
cemoohan jamaah, umpamanya memerintahkan shalat berjamaah tapi anda tidak
shalat berjamaah.
Singkatnya, kalau kita ingin menjadi penceramah yang sukses dan dcintai
jama’ahnya maka ahhklaq terpuji wajib kita miliki. Budi luhur, senyum yang
ikhlas, wajah dan tutur kata, yang manis harus kita sandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar